Sabtu, 23 Juni 2012

Pemanfaatan Media Alam Dalam Pembelajaran IPA di SD

PEMANFAATAN MEDIA ALAM SEKITAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD 
Oleh Daryono, M,Pd.

Abstrak 
Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pembelajaran IPA di SD adalah kemampuan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran, seperti menentukan metode atau memilih media pembelajaran yang tepat. Siswa kurang dikenalkan dengan lingkungan alam sekitar yang kaya dengan sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran dan membantu pemahaman terhadap konsep-konsep materi pembelajaran IPA. Untuk memperbaiki proses pembelajaran itu maka dipandang perlu dikembangkan beberapa upaya yang secara terus menerus oleh guru dan sekolah, sehingga kegiatan pembelajaran dapat lebih menarik, dan meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk mempelajari IPA. Materi pembelajaran IPA lebih banyak mempelajari dan memanfaatkan alam, sehingga aktivitas belajar dapat diciptakan dalam pembelajaran. Guru harus merencanakan pembelajaran IPA dengan menerapkan media alam sekitar secara tepat sehingga pembelajaran dapat mengembangkan daya kreatifitas, imajinasi, kemampuan motorik, emosi, sosial, kognitif dan bahasa siswa. Dengan pemanfaatan media alam sekitar yang tepat dalam pembelajaran IPA di SD dapat meningkatkan aktivitas belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kata kunci: media alam sekitar, pembelajaran IPA di SD 
Pendahuluan 
Penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan banyak mengalami masalah, baik dalam hal pemerataan pendidikan, kesempatan belajar dan kurangnya sarana dalam pendidikan serta kurangnya sumber belajar yang tersedia dan pemanfaatanya dalam membantu pelaksanaan proses pembelajaran. Salah satu alternatif pemecahan masalah pendidikan tersebut melalui penerapan teknologi pembelajaran, yaitu dengan memberdayakan sumber sumber belajar, yang dirancang, dimanfaatkan dan dikelola untuk tujuan pembelajaran. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kualitas pembelajaran adalah kemampuan siswa untuk menerima pelajaran atau kemampuan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran seperti menentukan metode ataupun memilih media pembelajaran yang tepat. Berdasarkan kenyataan di lapangan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam masih banyak mengalami kendala, yaitu belum maksimalnya pemanfaatan media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang tersedia sekolah, serta belum banyak memanfaatkan lingkungan alam sebagai sumber dan media pembelajaran. Guru dalam perencanaan pembelajaran belum mengembangkan materi pembelajaran yang dikaitkan dengan pemanfaatan lingkungan alam sekitar. Dalam proses pembelajaran guru belum banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif turut serta mencari sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan sehingga meningkatkana aktivitas belajar dan dapat memperkaya wawasan siswa. Guru di dalam penyampaian materi pembelajaran sangat kurang dalam penggunanan media pembelajaran, konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam disampaikan secara lisan sesuai yang tertera di buku pelajaran. Siswa kurang dikenalkan dengan lingkungan alam sekitar yang kaya dengan sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran dan membantu pemahaman terhadap konsep-konsep materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk memperbaiki proses pembelajaran itu maka dipandang perlu dikembangkan beberapa upaya yang secara terus menerus oleh guru dan sekolah, sehingga kegiatan pembelajaran dapat lebih menarik, dan meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam. Materi pembelajaran IPA lebih banyak mempelajari dan memanfaatkan alam, sehingga dengan memanfaatkan alam sekitar keaktifan siswa dapat diciptakan dalam pembelajaran. Upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut guru harus mampu mendesain pembelajaran pemanfaatan lingkungan alam sekitar sekolah sebagai media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk meningkatkan aktivitas siswa. Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas dilakukan dengan dengan memberikan ceramah untuk menyampaikan konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam, siswa disuruh menghafal, mencatat atau menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam buku pelajaran, tanpa banyak melibatkan siswa dalam interaksi pembelajaran. Aktivitas siswa dalam belajar sangat terbatas hanya menulis, membaca dan mendengarkan, dan belum banyak kegiatan ekplorasi yang dilakukan oleh siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah. Pemanfaatan sumber belajar masih sangat terbatas guru hanya banyak mengandalkan buku-buku yang tersedia dan bahkan hanya satu sumber buku yang digunakan sebagai sumber belajar. Lingkungan alam sekitar dan sumber-sumber lain belum banyak digunakan, bahkan media pembelajaran yang tersedia di sekolah belum secara maksimal dipergunakan, karena faktor kemampuan dalam penggunaan yang masih sangat terbatas. Berdasar hal tersebut maka dalam makalah ini akan membahas pemanfaatan media alam sekitar dalam pembelajaran IPA di SD, dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa. Beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimanakah pemanfaatan media alam sekitar dalam pembelajaran IPA di SD. 2. Apakah pemanfaatan media alam sekitar dalam pembelajaran IPA di SD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. 
PEMBAHASAN 
Pembelajaran Berbasis Lingkungan Belajar pada hakekatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu memberikann respons terhadap lingkungnya. Dalam proses interaksi itu dapat terjadi pada diri individu berupa perubahan tingkah laku pada lingkungan merupakan faktor yang penting dalam proses pembelajaran. Lingkungan (environment) sebagai dasar dalam pembelajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor yang penting. Lingkungan pembelajaran terdiri atas: a. Lingkungan sosial, adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar atau kelompok kecil. b. Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainnya. c. Lingkungan alam (fisik) meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber belajar. d. Lingkungan kultur mencakup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar dan yang dapat menjadi faktor pendukung pembelajaran. Dalam konteks ini termasuk sistem nilai, norma, dan adat kebiasaan. Sebagai lingkungan pendidikan, pembelajaran miliki fungsi-fungsi yaitu : a. Fungsi psikologi Stimulus bersumber dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respons,yang menunjukkan tingkah laku tertentu.Respon ini dapat dijadikan stimulus baru dan seterusnya, ini berarti lingkungan mengandung makna dan melaksanakan fungsi psikologis tertentu. b. Fungsi pedagogis Lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misal keluarga, sekolah.lembaga pelatihan. c. Fungsi instruksional Program instruksional merupakan suatu lingkungan pembelajaran yang dirancang secara khusus. Guru memberikan pembelajaran yang dirancang secara khusus. Penggunaan lingkungan dan alam sekitar sangat penting, hal ini diungkapkan oleh susanto (http://susantotutor.wordpress.com) bahwa alasan pemberdayaan lingkungan dan alam sekitar sebagai media pembelajaran adalah: 1. Ketersediaannya yang tidak terbatas (alasan utama) 2. Sekolah bebas menentukan sumber belajar yang dibutuhkan siswa (karena model pengembangan kurikulum sudah desentralistik, tidak sentralistik lagi) 3. Optimalisasi pemberdayaan masyarakat untuk pendidikan 4. Pelestarian dan pengembangan sumber daya alam serta peningkatan kualitas sumber daya manusia secara merata. Kiat guru dalam memanfaatkan alam sebagai media pembelajaran Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran guru harus memiliki kiat yang tepat agar pemanfaatan alam sekitar sebagai media pembelajaran agar dapat mengaktivkan siswa dalam proses pembelajaran maka susanto dalam (http://susantotutor.wordpress.com) menyampaikan kiat yang dapat diikuti guru untuk memilih lingkungan alam sebagai media pembelajaran: 1) Pilih lingkungan alam yang mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan fisik siswa. 2) Usahakan lingkungan yang baru, yang berbeda dengan lingkungan kelas/sekolah agar siswa berlatih beradaptasi. 3) Ciptakan suasana yang membuat siswa merasakan peran-peran sosial yang baru. 4) Pilih lingkungan alam yang mendukung pengembangan keterampilan dasar siswa dalam membaca, menulis dan menghitung. 5) Cari suasana lingkungan yang dapat mengembangkan hati nurani siswa melalu pengalaman berinteraksinya. 6) Ciptakan permainan dan suasana belajar yang dapat meningkatkan kerjasama kelompok dan kemampuan memimpin. 7) Pilih lingkungan alam yang dapat mengembangkan daya kreatifitas, imajinasi, kemampuan motorik, emosi, sosial, kognitif dan bahasa siswa. Dalam menciptakan suasana atau iklim pembelajaran yang menyenangkan, menantang dan kondusif dapat dilakukan melalui: a. Menyediakan alternatif pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran. b. Memberikan pembelajaran remidial bagi peserta didik yang kurang berprestasi atau prestasi rendah. c. Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman dan aman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal. d. Menciptakan kerja sama saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelola pembelajaran lainnya. e. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses perencanaan belajar dan kegiatan pembelajaran. f. Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara peserta didik, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan sebagai sumber belajar. g. Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri sendiri (Warsita, 2008:289). Berdasarkan pendapat di atas bahwa pembelajaran berbasis lingkungan adalah suatu bentuk pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar sekolah yang berupa perkebunan, pertanian atau peternakan/pemeliharaan hewan sebagai media pembelajaran oleh siswa kelas dalam rangka mempermudah siswa memahami konsep-konsep pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam melalui objek secara nyata di lingkungan. Aktivitas Belajar Dalam standar proses pendidikan, kegiatan pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa, menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Seperti yang tercantum dalam Bab IV pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini jelas menunjukkan bahwa proses pembelajaran terfokus pada aktivitas peserta didik. Dengan makna lain bahwa pembelajaran ditekankan pada aktivitas siswa. Aktivitas siswa menurut Sardiman (2007:100) adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dijelaskan juga oleh Usman (2000) bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas jasmaniah dan rohaniah, yang meliputi aktivitas visual, aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas gerak dan aktivitas menulis. Aktivitas belajar siswa secara jelas oleh Dierich dalam Sardiman, (2007: 101) menyatakan bahwa jenis kegiatan siswa digolongkan ke dalam 8 kelompok, diantaranya; (1) Visual activities, (2) Oral activities,(3) Listening activities, (4) Writing activities, (5) Drawing activities, (6) Motor activities, (7) Mental activities, (8) Emosional activities. Pendapat Melvin L. Silberman (2006) mengemukakan bahwa paham belajar aktif memberikan gambaran tingkatan aktivitas belajar terhadap penguasaan materi yang dikuasainya, yaitu: (1) apa yang saya dengar saya lupa, (2) apa yang saya lihat saya ingat sedikit, (3) apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan saya mulai paham, (4) apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan sayamemperoleh pengetahuan dan keterampilan, (5) apa yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai. Untuk mewujudkan aktivitas belajar siswa Rianto & Dhari (1994) mengemukakan agar aktivitas berjalan efektif, diperlukan keterlibatan secara terpadu, berkesinambungan dari berbagai macam hal yaitu mengarah pada interaksi yang optimal, menuntut berbagai jenis aktivitas peserta didik, strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, dan menggunakan berbagai variasi media dan alat peraga. Pemanfataan media alam sekitar dalam pembelajaran IPA di SD telah penulis buktikan melalui penelitian tindakan kelas dengan judul Pemanfaatan Media Alam Sekitar Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar IPA pada Siswa Kelas VI SD N 2 Banjarnegeri Gunung Alip Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama tiga siklus tersebut memberikan peningkatan aktivitas belajar siswa. Hal tersebut membuktikan bahwa pemanfaatan media alam sekitar dalam pembelajaran IPA di SD mempunyai dampak yang positif terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa. 
Simpulan 
 Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Agar pemanfaatan media alam sekitar dalam pembelajaran IPA di SD dapat mencapai sasaran, harus direncanakan oleh guru dalam RPP secara tepat sehingga pembelajaran dapat mengembangkan daya kreatifitas, imajinasi, kemampuan motorik, emosi, sosial, kognitif dan bahasa siswa 2. Pemanfaatan media alam sekitar dalam pembelajaran IPA di SD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. 
Saran 
1. Agar guru SD dapat mempersiapkan perencanaan pembelajaran IPA dengan memanfaatkan media alam sekitar secara tepat. 
2. Agar guru menambah wawasan tentang pemanfaatan media pembelajaran. 
DAFTAR PUSTAKA 
Depdiknas .2005. Peraturan Pemerintah RI No 19 Tahun 2005 Tentang Sistem Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Http://susantotutor.wordpress.com. Akses 5 Juli 2011. Sadiman ,Arief. 2007. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sardiman, AM. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning, 101 cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa Media. Uzer, Usman. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya. Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar