Sabtu, 23 Juni 2012

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISIME DALAM PEMBELAJARAN IPS SD


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISIME             
DALAM PEMBELAJARAN IPS SD
Abstrak
Oleh Daryono, S.Pd.
Tantangan berat kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi global sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis. Untuk dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi global sosial masyarakat dalam pembelajaran  IPS diperlukan aktivitas yang baik dari peserta didik.
Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Salah satunya adalah  metode yang digunakan didominasi oleh metode ceramah, informasi dan konsep-konsep yang dipelajari diberitahukan melalui ceramah, metode dan pendekatan pembelajaran belum bervariasi sehingga anak cepat jenuh dan aktivitas belajar siswa belum maksimal.
Adanya permasalahan tersebut perlu diberikan solusi terbaik bagaimana upaya meningkatkan pembelajaan Ilmu Pengetahuan Sosial di SD. Salah satu upaya dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan pembelajaran IPS di SD.
Esensi dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan dan menstranformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses menkonstruksi bukan menerima pengetahuan.
Penerapan model pembelajaran konstrukstivisme dalam pembelajaran IPS di SD guru harus merencanakan dan melaksanakan pembelajaran model konstrukstivisme melalui tiga fase pembelajaran yaitu fase eksplorasi, klarifikasi dan aplikasi. Melalui penerapan model pembelajaran konstrukstivisme dalam pembelajaran IPS di SD aktivitas belajar siswa akan tinggi sehingga pembelajaran IPS di SD berkualitas.

Kata kunci:  model pembelajaran konstrukstivisme, aktivitas belajar, pembelajaran IPS
Pendahuluan
Di masa yang akan datang tantangan berat kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi global sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis (Permen Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi).
Untuk dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi global sosial masyarakat dalam pembelajaran  IPS diperlukan aktivitas yang baik dari peserta didik. Sardiman (1994:95) mengemukakan bahwa aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Djamarah (2006:67) juga menyatakan belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak.
Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD: (1) kegiatan pembelajaran IPS masih banyak didominasi oleh guru, siswa kurang aktif dalam pembelajaran; (2) metode yang digunakan didominasi oleh metode ceramah, informasi dan konsep-konsep yang dipelajari diberitahukan melalui ceramah; (3) metode dan pendekatan pembelajaran belum bervariasi sehingga anak cepat jenuh dan aktivitas belajar siswa belum maksimal.
Adanya permasalahan tersebut perlu diberikan solusi terbaik bagaimana upaya meningkatkan pembelajaan Ilmu Pengetahuan Sosial di SD. Tujuan penulisan ini makalah ini adalah  untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPS di SD dan mengetahui apakah model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SD.
Permasalahan dalam makalah ini adalah:
1.      Bagaimanakah penerapan model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPS di SD.
2.      Apakah model pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SD

Pembahasan
Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Sardiman (2007:223) teori atau aliran ini merupakan landasan berfikir bagi pendekatan kontekstual (CTL). Pengetahuan riil bagi siswa adalah suatu yang dibangun atau ditemukan oleh siswa itu sendiri. Jadi pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang harus diingat tetapi siswa harus merekonstruksi pengetahuan itu kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam hal ini siswa harus dilatih untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergulat dengan ide-ide dan kemudian mampu merekonstruksinya.
Atas dasar pertimbangan tersebut proses pembelajaran harus dikemas menjadi proses “merekonstruksi, bukan menerima informasi/pengetahuan dari guru”. Dalam hal ini siswa akan membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan secara aktif dalam proses pembelajaran, untuk lebih menghidupkan suasana kelas, memang dituntut kreaktivitas guru.
Masnur Muslich (2007:44) pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreaktif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan pengalaman belajar  yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep serta kaidah yang siap dipraktikkan. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.
Syaiful Sagala (2007: 88) menyatakan konstruktivisme (construktism) merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan  bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Esensi dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan dan menstranformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses menkonstruksi bukan menerima pengetahuan.
Landasan berfikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektifitas, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Tahap-tahapan model pembelajaran konstruktivisme menurut Agus Suyatna (2007:33-34) adalah:
1.  Fase eksplorasi:
a. Memperlihatkan/membandingkan konsep-konsep pokok.
b. Mangajukan pertanyaan tentang konsep-konsep pokok.
c. Mengeksplorasi dan menampung semua jawaban siswa di papan tulis.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki jawaban yang     tidak sesuai.
2.  Fase klarifikasi:
a. Menjelaskan secara terbuka tentang pokok-pokok materi.
b. Memberi kesempatan kepada siswa dalam kelompok untuk bertanya.
c. Menumbuhkan partisipasi aktif dalam merumuskan pengetahuan siswa.
d. Memberikan masalah kepada siswa untuk dipecahkan.
e. Menumbuhkan keceriaan dan antusias siswa dalam berdiskusi secara berkelompok untuk memecahkan masalah.
f. Memberkan penghargaan terhadap aktivitas dan kreaktivitas siswa dalam diskusi kelompok.
g. Memberi kesempatan kepada siswa mencari tambahan rujukan.
3. Fase aplikasi:
a. Memberi kesempatan kepada kelompok untuk melaporkan hasil diskusi.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan rekomendasi.
c. Memberi tugas kepada siswa untuk membuat tulisan tentang materi yang dibahas.

Tahapan pembelajaran model konstruktivisme menurut Agus Suyatna (2007:33-34) tersebut di atas sesuai dengan Permendiknas nomor 41 tahun 2007  tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang menyatakan pembelajaran dilakukan secara interaktif,inspiratif,menyenangkan, menantang,  memotivasi  peserta  didik  untuk  berpartisipasi  aktif,  serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Aktivitas Belajar

Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas belajar. Tanpa adanya aktivitas, belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. aktivitas dalam belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaranm bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar (Sardiman, 2007:95). Senada dengan hal tersebut Djamarah (2007: 67) mengemukakan bahwa belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak didik.
Sardiman (1994:99) mengutip pendapat Dierich (1984) yang menyatakan bahwa jenis kegiatan siswa digolongkan ke dalam 8 kelompok; visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities dan emosional activities,
Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran adalah aktivitas yang utuh antara aktivitas jasmani dn rohani siswa, seperti Sardiman (2007:100) menyatakan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Aktivitas jasmani dan rohaniah juga disampaikan oleh Usman (2000) mengatakan bahwa aktivitas belajar adalah  aktivitas jasmaniah dan rohaniah, meliputi aktivitas  visual, aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas gerak dan aktivitas menulis.
Lebih ditekankan lagi oleh Melvin L. Silberman (2006) mengemukakan paham belajar aktif memberikan gambaran tingkatan aktivitas belajar terhadap penguasaan materi yang dikuasainya, yaitu:
1. apa yang saya dengar saya lupa;
2. apa yang saya lihat saya ingat sedikit;
3. apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan saya mulai paham;
4. apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan saya memperoleh   pengetahuan dan keterampilan;
5. apa yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai.                                                                                      
Rianto & Dhari (1994) menyatakan bahwa agar aktivitas berjalan efektif, diperlukan keterlibatan secara terpadu, berkesinambungan dari berbagai macam hal yaitu mengarah pada interaksi yang optimal, menuntut berbagai jenis aktivitas peserta didik, strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, dan menggunakan  berbagai variasi media dan alat peraga.
Penerapan model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPS di SD, penulis telah melakukan penelitan tindakan kelas terhadap kegiatan pembelajaran IPS pada kelas IV pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010. Kegiatan tindakan dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus selama dua pertemuan pembelajaran. Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa ini sebagai akibat dari penerapan model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPS. Dengan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SD.



Simpulan
Berdasarkan pembahasan disimpulkan bahwa:
1.      Penerapan model pembelajaran konstrukstivisme dalam pembelajaran IPS di SD guru harus merencanakan dan melaksanakan pembelajaran model konstrukstivisme melalui tiga fase pembelajaran yaitu fase eksplorasi, klarifikasi dan aplikasi;
2.      Model pembelajaran konstrukstivisme dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS di SD.
Saran
Guru dapat mengembangkan model pembelajaran konstrukstivisme lebih lanjut pada mata pelajaran dan materi yang lain di SD.

DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Syaiful & Aswan. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2006. PP Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning, 101 cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa Media.

Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Suyatna, Agus. 2007. Model-model Pembelajaran Efektif. Modul disampaikan pada Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru. Bandar lampung: Rayon 7 Universitas Lampung.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar