PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISIME
DALAM PEMBELAJARAN IPS SD
DALAM PEMBELAJARAN IPS SD
Abstrak
Oleh Daryono,
S.Pd.
Tantangan berat kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan
setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi global sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis. Untuk dapat
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi
global sosial masyarakat dalam pembelajaran
IPS diperlukan aktivitas yang baik dari peserta didik.
Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Salah satunya adalah metode yang digunakan didominasi oleh metode
ceramah, informasi dan konsep-konsep yang dipelajari diberitahukan melalui
ceramah, metode dan pendekatan pembelajaran belum bervariasi sehingga anak
cepat jenuh dan aktivitas belajar siswa belum maksimal.
Adanya permasalahan tersebut perlu diberikan solusi terbaik bagaimana upaya
meningkatkan pembelajaan Ilmu Pengetahuan Sosial di SD. Salah satu upaya dengan
menerapkan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan pembelajaran
IPS di SD.
Esensi dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa harus menemukan dan
menstranformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila
dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka. Dengan dasar ini pembelajaran
harus dikemas menjadi proses menkonstruksi bukan menerima pengetahuan.
Penerapan model pembelajaran konstrukstivisme
dalam pembelajaran IPS di SD guru harus merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran model konstrukstivisme melalui tiga fase pembelajaran yaitu fase eksplorasi, klarifikasi dan aplikasi. Melalui penerapan model pembelajaran konstrukstivisme
dalam pembelajaran IPS di SD aktivitas belajar siswa akan tinggi sehingga
pembelajaran IPS di SD berkualitas.
Kata kunci: model pembelajaran konstrukstivisme,
aktivitas belajar, pembelajaran IPS
Pendahuluan
Di masa yang akan datang tantangan berat kehidupan
masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata
pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi global sosial masyarakat dalam memasuki
kehidupan masyarakat yang dinamis (Permen Nomor 22 tahun 2006 tentang standar
isi).
Untuk dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi global sosial masyarakat dalam pembelajaran IPS diperlukan aktivitas yang baik dari
peserta didik. Sardiman (1994:95) mengemukakan bahwa aktivitas dalam proses
belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa
dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat,
mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat
menunjang prestasi belajar. Djamarah (2006:67) juga menyatakan belajar sambil
melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab
kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak
anak.
Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi pelaksanaan
pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD: (1) kegiatan
pembelajaran IPS masih banyak didominasi oleh guru, siswa kurang aktif dalam
pembelajaran; (2) metode yang digunakan didominasi oleh metode ceramah,
informasi dan konsep-konsep yang dipelajari diberitahukan melalui ceramah; (3)
metode dan pendekatan pembelajaran belum bervariasi sehingga anak cepat jenuh dan
aktivitas belajar siswa belum maksimal.
Adanya permasalahan tersebut perlu diberikan solusi
terbaik bagaimana upaya meningkatkan pembelajaan Ilmu Pengetahuan Sosial di SD.
Tujuan penulisan ini makalah ini adalah
untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran konstruktivisme
dalam pembelajaran IPS di SD dan mengetahui apakah
model
pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran IPS di SD.
Permasalahan
dalam makalah ini adalah:
1.
Bagaimanakah penerapan model
pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPS di SD.
2.
Apakah model pembelajaran
konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
IPS di SD
Pembahasan
Model Pembelajaran
Konstruktivisme
Menurut
Sardiman (2007:223) teori atau aliran ini merupakan landasan berfikir bagi
pendekatan kontekstual (CTL). Pengetahuan riil bagi siswa adalah suatu yang
dibangun atau ditemukan oleh siswa itu sendiri. Jadi pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang harus diingat tetapi siswa harus
merekonstruksi pengetahuan itu kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dalam hal ini siswa harus dilatih untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya dan bergulat dengan ide-ide dan kemudian mampu
merekonstruksinya.
Atas
dasar pertimbangan tersebut proses pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“merekonstruksi, bukan menerima informasi/pengetahuan dari guru”. Dalam hal ini
siswa akan membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan secara aktif
dalam proses pembelajaran, untuk lebih menghidupkan suasana kelas, memang
dituntut kreaktivitas guru.
Masnur
Muslich (2007:44) pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreaktif dan produktif berdasarkan
pengetahuan terdahulu dan pengalaman belajar
yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep serta
kaidah yang siap dipraktikkan. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu
pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu
siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.
Syaiful Sagala (2007: 88) menyatakan konstruktivisme (construktism)
merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual, pengetahuan dibangun
sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit)
dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide,
yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Esensi dari teori konstruktivisme adalah bahwa siswa
harus menemukan dan menstranformasikan suatu informasi kompleks ke situasi
lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka. Dengan dasar
ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses menkonstruksi bukan menerima
pengetahuan.
Landasan berfikir konstruktivisme agak berbeda dengan
pandangan kaum objektifitas, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran.
Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk
itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan
pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberikan kesempatan siswa
menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar
menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Tahap-tahapan model pembelajaran konstruktivisme menurut
Agus Suyatna (2007:33-34) adalah:
1. Fase eksplorasi:
a. Memperlihatkan/membandingkan konsep-konsep pokok.
b. Mangajukan pertanyaan tentang konsep-konsep pokok.
c. Mengeksplorasi dan menampung semua jawaban siswa di papan tulis.
d. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki jawaban yang tidak sesuai.
2. Fase
klarifikasi:
a. Menjelaskan secara terbuka tentang pokok-pokok materi.
b. Memberi kesempatan kepada siswa dalam kelompok untuk bertanya.
c. Menumbuhkan partisipasi aktif dalam merumuskan pengetahuan siswa.
d. Memberikan masalah kepada siswa untuk dipecahkan.
e. Menumbuhkan keceriaan dan antusias siswa dalam berdiskusi secara
berkelompok untuk memecahkan masalah.
f. Memberkan penghargaan terhadap aktivitas dan kreaktivitas siswa dalam
diskusi kelompok.
g. Memberi kesempatan kepada siswa mencari tambahan rujukan.
3. Fase aplikasi:
a. Memberi kesempatan kepada
kelompok untuk melaporkan hasil diskusi.
b. Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk merumuskan rekomendasi.
c. Memberi tugas kepada siswa
untuk membuat tulisan tentang materi yang dibahas.
Tahapan pembelajaran model konstruktivisme menurut Agus Suyatna (2007:33-34) tersebut di atas sesuai dengan Permendiknas
nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
yang menyatakan pembelajaran dilakukan secara interaktif,inspiratif,menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta
didik untuk
berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses
eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
Aktivitas
Belajar
Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas belajar.
Tanpa adanya aktivitas, belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik.
aktivitas dalam belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi
keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaranm bertanya hal-hal yang belum jelas,
mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang
dapat menunjang prestasi belajar (Sardiman, 2007:95). Senada dengan hal
tersebut Djamarah (2007: 67) mengemukakan bahwa belajar sambil melakukan
aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang
didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak
didik.
Sardiman (1994:99) mengutip pendapat Dierich (1984) yang
menyatakan bahwa jenis kegiatan siswa digolongkan ke dalam 8 kelompok;
visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing
activities, motor
activities, mental activities dan emosional activities,
Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran adalah
aktivitas yang utuh antara aktivitas jasmani dn rohani siswa, seperti Sardiman
(2007:100) menyatakan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar adalah aktivitas
yang bersifat fisik maupun mental. Aktivitas jasmani dan rohaniah juga
disampaikan oleh Usman (2000)
mengatakan bahwa aktivitas belajar adalah
aktivitas jasmaniah dan rohaniah, meliputi aktivitas visual, aktivitas lisan, aktivitas
mendengarkan, aktivitas gerak dan aktivitas menulis.
Lebih
ditekankan lagi oleh Melvin L. Silberman (2006) mengemukakan paham belajar
aktif memberikan gambaran tingkatan aktivitas belajar terhadap penguasaan
materi yang dikuasainya, yaitu:
1. apa yang saya dengar saya
lupa;
2. apa yang saya lihat saya
ingat sedikit;
3. apa yang saya dengar, lihat
dan tanyakan atau diskusikan saya mulai paham;
4. apa yang saya dengar, lihat,
diskusikan dan lakukan saya memperoleh
pengetahuan dan keterampilan;
5. apa yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai.
Rianto & Dhari (1994) menyatakan bahwa agar aktivitas
berjalan efektif, diperlukan keterlibatan secara terpadu, berkesinambungan dari
berbagai macam hal yaitu mengarah pada interaksi yang optimal, menuntut
berbagai jenis aktivitas peserta didik, strategi pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan, dan menggunakan berbagai
variasi media dan alat peraga.
Penerapan model pembelajaran konstruktivisme dalam
pembelajaran IPS di SD, penulis telah melakukan penelitan tindakan kelas
terhadap kegiatan pembelajaran IPS pada kelas IV pada semester genap tahun
pelajaran 2009/2010. Kegiatan tindakan dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus
selama dua pertemuan pembelajaran. Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar
siswa dalam pembelajaran IPS mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas
belajar siswa ini sebagai akibat dari penerapan model pembelajaran
konstruktivisme dalam pembelajaran IPS. Dengan adanya peningkatan aktivitas
belajar siswa diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SD.
Simpulan
Berdasarkan
pembahasan disimpulkan bahwa:
1. Penerapan
model pembelajaran konstrukstivisme dalam pembelajaran IPS di SD guru harus
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran model konstrukstivisme melalui tiga
fase pembelajaran yaitu fase eksplorasi,
klarifikasi dan aplikasi;
2. Model
pembelajaran konstrukstivisme dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS di SD.
Saran
Guru
dapat mengembangkan model pembelajaran konstrukstivisme lebih lanjut pada mata
pelajaran dan materi yang lain di SD.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Syaiful & Aswan. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
|
Depdiknas.
2006. PP Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.
|
Djamarah.
2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
|
Hamalik. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
|
Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning,
101 cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa Media.
|
Muslich, Masnur. 2007. KTSP
Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
|
Sardiman. 2007. Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
|
Sagala, Syaiful. 2007. Konsep
dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
|
Suyatna, Agus. 2007. Model-model Pembelajaran Efektif.
Modul disampaikan pada Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru. Bandar lampung: Rayon 7 Universitas Lampung.
|